Wednesday, January 27, 2010

Seragam Biru Baru

SERAGAM BIRU BARU
DAN SEMANGAT WANITA UNTUK MAJU

Oleh: Nina Kurnia Dewi*
(dimuat di Republika, Januari 2006)

Berita mengenai adanya seragam baru untuk ibu-ibu PKK di Indonesia yang berwarna biru, sedikit membirukan perasaan para kader PKK yang secara tulus bersemangat untuk memajukan wanita, keluarga dan lingkungannya. Himbauan pembelian seragam baru berwarna biru di tengah tingginya harga bahan-bahan kebutuhan rumah tangga, tingginya biaya sekolah anak dan mungkin ancaman PHK suami, tidak dapat dikatakan sebagai sebuah kebijakan yang bijaksana pada saat ini.

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) sebagai suatu gerakan pembangunan masyarakat akan menjadi berkurang nilainya jika diwarnai dengan penampilan mewah ibu-ibu pejabat pengurusnya, yang notabene adalah para istri pejabat pemerintahan. Masyarakat pada umumnya dan kader-kader PKK lapisan paling bawah (tingkat kelurahan, RW dan RT) yang langsung berhubungan dengan masyarakat akan lebih “sejuk” bila bertemu dengan ibu-ibu pembinanya yang berpenampilan sederhan dan bersahaja, namun “berisi” dalam wawasan dan arahannya.


Terkait dengan ulang tahun Gerakan PKK yang diperingati setiap tanggal 27 Desember, akan lebih membahagiakan bil berita tentang PKK tidak sekedar seragam baru berwarna biru yang harga satu stelnya dapat dipakai untuk persediaan beras keluarga sebulan. Masyarakat akan lebih berapresiasi bila PKK juga punya berita tentang program-program yang lebih berpihak pada bagaimana mengelola kesejahteraan keluarga dalam masa sulit bangsa seperti sekarang ini.

Sedikit menengok sejarah, Pembinaan Kesejahteraan Keluarga sebagai gerakan pembangunan masyarakat bermula dari Seminar Home Economic di Bogor pada tahun 1957. Sebagai tindak lanjut dari seminar tersebut maka pada tahun 1961 Panitia Penyusunan Tata Susunan pelajaran pada Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) bersama Kementrian Pendidikan dan kementrian lainnya menyusun 10 Segi Kehidupan Keluarga.

Gerakan PKK di masyarakat diawali dengan kepedulian istri Gubernur Jawa Tengah pada tahun 1967 (Ibu Isriati Moenadi) setelah melihat keadaan masyarakat yang menderita busung lapar. PKK pada saat itu mulai berkembang di masyarakat dengan programnya yaitu 10 Segi Pokok PKK.

Upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui 10 Segi Pokok Keluarga dilakukan dengan membentuk Tim Penggerak PKK di semua tingkatan, beranggotakan para relawan dari tokoh/pemuka masyarakat, istri kepala dinas dan istri kepala daerah sampai dengan tingkat desa/kelurahan bahkan RW dan RT dengan dukungan dana dari APBD. Selanjutnya Hari Kesatuan Gerak PKK ditetapkan pada tanggal 27 Desember 1972 dimana Mendagri pada saat itu memberikan himbauan kepada seluruh Gubernur di Indonesia untuk mengubah nama Pendidikan Kesejahteraan Keluarga menjadi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga.

Sejak awal gerakan PKK pada intinya adalah peningkatan kesejahteraan keluarga. Keberhasilan gerakan PKK di Indonesia khususny dengan meningkatkan peranan wanita di masyarakat telah diakui oleh masyarakat sendiri, bahkan oleh lembaga-lembaga internasional seperti WHO, UNICEF, UNESCO. Di era reformasi, terkait dengan kebijakan otonomi daerah, Tim Penggerak PKK Pusat telah melakukan penyesuaian-penyesuaian sehingga gerakan PKK selanjutnya menjadi Gerakan Pemberdayaan dan kesejahteraan Keluarga.

Kembali pada semangat wanita yang tergabung dalam PKK untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, saat ini gerakan PKK sesungguhnya diharapkan dapat lebih membantu mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat. Keterpurukan bangsa yang belum juga lolos dari berbagai problem ekonomi, moneter dan mental seperti saat ini, sebenarnya menuntut peran wanita atau ibu sebagai pilar keluarga untuk tetap bersikap bijaksana dengan tetap mengutamakan kesejahteraan keluarga walaupun dalam taraf paling rendah.

Kegiatan PKK yang untuk sebagian masyarakat berkonotasi arisan dan kumpulnya ibu-ibu untuk membeli baju atau kerudung baru, harusnya juga menjadi perhatian anggota Tim Penggerak dan Pengurus PKK. Kegiatan ibu-ibu PKK saat ini seharusnya dapat mengubah konotasi yang ada di masyarakat dari hanya kumpul-kumpul ibu-ibu tokoh masyarakat dan ibu-ibu penjabat menjadi suatu gerakan masyarakat yang benar-benar peduli terhadap peningkatan wawasan wanita di masyarakat khususnya di masa sulit sekarang ini.

Masa prihatin bangsa sekarang ini khususnya di bidang kesehatan yang ditandai dengan banyaknya kasus busung lapar, penyakit Demam Berdarah, flu burung dan lain-lain adalah hal yang paling dekat dengan keberadaan seorang wanita di tengah keluarganya. Program PKK saat ini hendaknya juga menonjolkan peningkatan pengetahuan wanita tentang kesehatan dan gizi keluarga dan masyarakat, karena wanita adalah pemegang kendali asupan gizi dan pencegahan penyakit bagi keluarganya. Kegiatan PKK di bidang kesehatan hendakny tidak hanya dilakukan dengan beramai-ramai menimbang bayi di posyandu, namun juga diarahkan pada penyebaran informasi dan peningkatan pengetahuan para kader PKK tentang pencegahan penyakit, perawatan kesehatan dan gizi keluarga.

Bidang lain yang saat ini juga perlu mendapat perhatian adalah tingginya harga kebutuhan pokok keluarga. Dalam kondisi dimana penghasilan kepala keluarga tidak bertambah dan bahkan adanya ancaman PHK, wanita harus memutar otak untuk tetap dapat tetap menyajikan pangan dan sandang bagi keluarganya. Dalam hal ini, program PKK juga dapat diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan wanita dalam pengelolaan keuangan rumah tangga dan peningkatan peran yang mengarah pada semangat kewirausahaan wanita untuk membantu suami mendapatkan penghasilan tambahan.

Saat ini telah banyak wanita yang berpendidikan tinggi. Di lingkungan perumahan kelas menenah ke bawah, cukup banyak dijumpai wanita yang bergelar sarjana, baik yang berkiprah di luar rumah maupun berkiprah dengan peran domestik keluarga. Bagi gerakan PKK, para wanita ini sesungguhnya merupakan asset bagi pelaksanaan program-program PKK di masyarakat, khususnya bagi tingkatan paling bawah gerakan PKK yaitu desa/kelurahan/RW/RT. Pengurus dan kader PKK hendaknya dapat merangkul dan mengajak para wanita berpendidikan cukup tersebut untuk bergabung dalam program-program PKK. Paling tidak tiga manfaat yang diperoleh yaitu pelaksanaan program PKK itu sendiri, tambahan wawasan bagi masyarakat karena ilmu dan keterampilan yang diperoleh serta pemberdayaan para wanita berpendidikan cukup tadi. Dalam hal ini pengurus PKK sangat dituntut untuk memiliki kreativitas tinggi sehingga asset yang dimiliki dapat banyak memberikan manfaat bagi wanita di lingkungannya dan bahkan di lingkungan lain.

Kembali pada himbauan pembelian seragam baru PKK, bagi sebagian orang seragam tersebut akan ditanggapi dengan sinis atau bahkan sedikit senyum karena harga seragam menjadi lebih mahal untuk ibu-ibu yang berukuran besar. Namun di sisi lain masyarakat sebenarnya berharap bahwa seragam baru PKK juga merupakan semangat baru bagi Gerakan PKK Indonesia untuk lebih memberdayakan wanita guna peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat.

Selamat ulang tahun Gerakan PKK Indonesia.

* Penulis adalah penggerak PKK, tinggal di Cibinong.

No comments: