Akhir tahun 2009, kita dikejutkan dengan berita meninggalnya KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang memang menderita sakit selama ini.
Sebagai seorang tokoh yang merupakan anak dari KH Wakhid Hasyim dan cucu dari KH Hasyim Asy'ari, Gus Dur adalah seorang intelektual ulama dan ulama yang sangat intelektual yang penuh pemikiran cemerlang dan sangat lekat dengan paham demokrasi dan pluralisme Indonesia.
Pagi ini seperti biasa di kereta, ada penggalan tulisan yang patut dicatat sebagai cermin dalam mendidik anak kita agar menjadi pribadi intelektual yang agamis dan tentunya menjadi icon bagi bangsa dan masyarakat.
Sumber: Media Indonesia, Senin 4 Januari 2009, Kolom Calak Edu oleh Ahmad Baedowi hal 20.
".... Peran keluarga pada pribadi Gus Dur sangatlah kental. Kebiasaan membaca yang ditumbuhkan dalam keluarga besar Gus Dur patut ditiru oleh semua orang tua yang menginginkan anaknya menjadi cerdas. Pendek kata, dengan tradisi membaca inilah kemudian Gus Dur tak bersusah payah untuk terjebak pada pendidikan formal ala sekolah atau madrasah. Bagi Gus Dur, membaca bisa di mana saja dan kapan saja, yang penting ada minat untuk mengetahui sesuatu. patut dipercaya bahwa tradisi kelaurga Gus dur yang mencintai pendidikan, ta'lim, tarbawi dan ta'dib inilah yang membuat ungkapan Cak Nur ("Gus Dur adalah cucu kakeknya KH Hasyim Asy'ari, dan anak bapaknya KH Wahid Hasyim"), terasa sangat kontekstual bagi orang tua. Seolah ungkapan Cak Nur di atas ingin menegaskan, jika anakmu mau berhasil, dampingi dia, bimbing dia dan kasihi dia sepenuh hati. Prinsip kelekatakan (attachment) dalam psikologi pendidikan merupakan kekayaan luar biasa yang diperoleh Gus Dur dari kakek dan ayahnya.
Dengan modal kekayaan dampingan/kelekatan (attachment) itulan Gus Dur tumbuh menjadi pribadi yang sangat percaya diri, supel, mudah bergaul, toleran dan mencintai keadilan. Dengan basis pengetahuan keislamannya yang luas dan keyakinannya akan prinsip rahmatan lil'alamin, Gus Dur mampu dan berani melawan otoritarianisme kekuasaan, ketidakadilan dan kesewenang-wenangan. Meskipun pandangan-pandangannya sangat tak biasa dan terkadang penuh kontroversi, sebagai guru bangsa, Gus Dur sesungguhnya banyak mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan yang universal sekaligus sangat berani melabrak mitos-mitos kaku dan tak bertanggungjawab tentang demokrasi, pluralisme dan multikulturalisme".
No comments:
Post a Comment