Pagi ini Ilham bangun sangat pagi. Jam 3.58 tepatnya 5 menit sebelum subuh....
Setelah azan, langsung diambilnya air wudhu dan Ilham membangunkan Bapak untuk bersama pergi ke masjid.
Tunaikan kewajiban pertamamu hari ini Nak..., ibu dengan gembira siapkan susu coklat hangat untukmu sebagai pelepas dahaga selepas subuh.
Selesai mandi, Ilham makan pagi. Dan jam 5.10, Ilham bangunkan adiknya dengan berulangkali memanggil "Queena..Queena, bangun-bangun" berkali-kali. "Ayo dik, bangun. Kita diantar Bapak ke sekolah hari ini. Makanya Mas bangun pagi-pagi sekali", demikian kata Ilham seraya menggoyang-goyangkan tubuh Queena yang masih terpendam di dalam bantal.
Tak seperti biasanya, Queena terbangun sambil ngambek dan menolak untuk diantar Bapak hari ini ke sekolah.
Seperti biasa, terjadilah pertarungan Ilham dan Queena untuk saling meminta dan menolak pergi ke sekolah bersama Bapak.
Heraaan, sekali. "Kenapa dik? Kenapa kok tumben menolak diantar Bapak ke sekolah pagi ini?", demikian pertanyaan yang kutujukan kepada anak bungsu cantik kami ini.
"Nggak mau! Besok aja pergi ke sekolah sama Bapak... jangan hari ini. Pokoknya adik gak mau!", demikian teriak Queena sambil masuk kamar mandi.
Selesai mandi, Queena tetap menggeleng kepala saat kami semua kembali bertanya padanya apakah mau berangkat bersama Bapak pagi ini. Mata Queena berkaca-kaca, ketika aku menghampiri dan memeluknya sambil membujuk halus agar Queena mau pergi hari ini. Dan Queena tetap menggeleng...., dan suamiku yang kadang keluar "keras"nya kemudian nyeletuk, "Piye to anakmu ini ma... kok keras banget!".
Ilham yang sedang tiduran di kursi panjang akhirnya mengalah "Ya sudah dik... Mas ikut jemputan saja sama adik hari ini. Iya deh.... kita ke sekolah bareng Bapak besok aja".
Tiba-tiba Queena juga teriak, "Gak mau.... Adik mau hari ini!". Lho?
Semua yang di rumah termasuk asisten setia kami, Mbak yah, jadi bingung. Jadi hari ini Mas dan Adik mau ke sekolah bersama Bapak atau dengan jemputan?
Tiba-tiba Ilham memberiku ide karena Ilham sedikit bergumam..... "Paling Abil ya?... permen karet ya?....". Yes, kataku. Kutangkap sinyal "ada sesuatu" dan perlunya komunikasi intens dengan gadis dan perjakaku ini, Queena dan Ilham.
Kuhampiri lagi Queena, dan kubisikkan, "Dik, kenapa? katanya adik mau cerita apa saja sama mama..., ayo cerita", demikian kataku sambil menyeka sisa-sisa air mandi di tubuh gadis rampingku ini.
"Adik mau diberi permen karet sama mbak Abil pagi ini..... Kan nanti pulang mbak Abil gak ikut jemputan, jadi ke sekolah bareng Bapak besok saja....".
Oooooi anakku, terima kasih sudah berterus terang. Jelas sudah semua, sirna sudah semua ketidak kompakanmu dan Mas Ilham pagi ini. Alhamdulilah ya Allah...., sudah kau mudahkan anak gadis kami mengemukakan pendapatnya, dan ini merupakan titik awal yang baik agar semua anggota keluarga bisa mendengar dan memahami mengapa Queena tak bersedia ke sekolah diantar Bapak pagi ini.
Insya Allah, besok pagi semua bangun pagi ya....., Jumat adalah hari yang paling pas ke sekolah bareng Bapak. Good bye semua salah sangka dan sengketa di pagi hari ini.
Terima kasih anak-anakku, binalah terus komunikasi... karena dengan komunikasi, semua masalah akan bisa selesai dengan senyum dan gembira.
alhamdulilahirabbil alamiiin......
No comments:
Post a Comment