Akhirnya file-nya ketemu....!!
Jadi pada tahun 2006, alhamdulillah, tulisan ini mendapat penghargaan dari Pediasure sebagai Pemenang Harapan pada Lomba Mengarang dengan tema "Saat Indah Bersama Buah Hati".
Queena gembira sekali, dengan kebiasaannya minum susu dan segala darinya yang menginspirasiku...., hadiah pemenang harapan diperolehnya: 2 kaleng susu Pediasure besar gratis, tas ransel, tas cantik, jam dinding, kaleng menabung, notes, dll, dikirim ke rumah........
Dear Queena, Ilham & Taufiq, thanks for inspiring and keep supporting....
SAAT INDAH BERSAMA QUEENA
Oleh: Nina Kurnia Dewi
Malam ini kupandangi Queena dengan penuh kasih. Gadis kecil yang pintar menyanyi itu, anak keduaku, tengah tidur lelap dan tampak puas melepas lelahnya karena seharian bermain.
Anganku melayang jauh. Mengingat masa-masa yang tak terlupakan tiga tahun yang lalu. Masa ketika aku mengandungnya, melahirkannya dengan suatu operasi besar di sebuah rumah sakit di Brisbane, serta menyusuinya sambil harus menyelesaikan tugas-tugas belajar untuk gelar masterku. Queena adalah nama yang sengaja kuberikan, karena putri cantik inilah yang selalu membuatku bangga atas masa-masa indah yang harus kulalui dengan penuh semangat, di Queensland Australia.
Awal tahun 2001 ketika aku lolos seleksi beasiswa dari pemerintah Australia; aku, suami dan anak pertamaku Ilham, berangkat dengan penuh harapan untuk banyak mendapat manfaat dari belajar di negeri kanguru. Setengah tahun pertama kulalui dengan cukup berat. Saat itu, ketika aku harus beradaptasi dengan pola belajar di universitas asing, aku harus pula mengerjakan tugas rumah tangga, mendampingi suami mendapatkan kerja dan mencari tempat penitipan anak untuk si sulung. Setelah Ilham yang saat itu 20 bulan diasuh penuh oleh sebuah child care di dekat kampus, dan suamiku mulai sibuk dengan pekerjaan casual-nya sebagai seorang petugas kebersihan; akupun dapat lebih berkonsentrasi belajar. Setengah tahun selanjutnya, kami sekeluarga dapat mengatasi segala kendala di lingkungan baru. Kamipun sangat bahagia menikmati kesempatan hidup di negeri orang.
Menginjak tahun kedua, aku dinyatakan hamil oleh dokter. Ya Allah, terima kasih atas kepercayaanMU ini. Kehamilan keduaku harus kujalani, disaat kami sekeluarga harus jauh dari sanak dan saudara. Kehamilan itu harus kulalui bersama setumpuk tugas kuliah dan tugas domestik di rumah. Jujur, saat itu batinku cukup gamang atas kemampuanku menjalankan semuanya dengan baik.
Hari demi hari kulalui dengan penuh semangat dan doa. Satu harapanku agar bayi yang kukandung dapat tumbuh sehat dan lahir selamat. Seluruh tugas kuliah kuupayakan segera selesai, sehingga aku punya waktu untuk beristirahat dan bermain bersama Ilham. Bangun malam hampir tiap hari kulakukan, untuk belajar dan membantu suami mencari referensi di internet; karena suamiku harus bekerja malam dan saat itu juga telah diterima di sebuah program master di universitas yang lain.
Menginjak bulan ketujuh kehamilanku, pendarahan dahsyat kualami sepulang kuliah. Aku harus dirawat di rumah sakit. Diantara kesedihan yang mendalam, detak jantung Queena-lah yang saat itu memberiku semangat untuk berjuang mempertahankannya sampai bulan kesembilan. Di sela kesibukan belajarku, pada 11 September 2002 Queena harus dilahirkan dengan operasi cesar karena aku kembali mengalami pendarahan dan posisi Queena yang terhalang plasenta. Operasi cesar yang ditangani 7 dokter ahli itu merupakan operasi besar. Aku harus merelakan rahimku untuk diangkat agar pendarahan hebat yang nyaris meminta nyawaku itu terhenti. Tangis pertama Queena membuat musim semi kala itu menjadi benar-benar penuh bunga dan syukur. Dan aku menikmatinya di ruang ICU. Sehatnya Queena menutup semua kesedihanku atas hilangnya alat reproduksi yang menjadi kebanggaanku sebagai seorang wanita. Kembali aku harus berjuang untuk menyusui Queena, menunggu sembuhnya luka operasi dan memikirkan materi tugas akhir. ASI eksklusif kuberikan padanya sambil membaca bahan ujian akhir berupa lembaran teksbook yang sudah kufotokopi. Indahnya saat-saat itu.
Bulan Desember 2002 pihak universitas menyatakan aku lulus atas program yang kuambil. Kupeluk erat Queena dalam dekapan tangan kiriku dan Ilham di tangan kananku. Foto kami bertiga pada saat aku diwisuda adalah foto favoritku sampai saat ini. Selesailah sudah sepenggal masa, dan kami harus kembali ke Indonesia.
Malam ini, masih kupandangi Queena dengan penuh kasih. Gadis kecil yang sayang pada kakaknya ini, mendekap erat guling pink kesayangannya. Queena anakku, bermimpilah yang indah malam ini. Arungi hidupmu dengan penuh semangat seperti kau menyemangati ibumu tiga tahun yang lalu. Sehatlah selalu, anakku dan tetaplah rajin minum susu Pediasure-mu. Warnailah lingkunganmu sekarang dan yang akan datang dengan semangat, kasih sayang, kepedulian dan nyanyianmu yang merdu.
Oleh: Nina Kurnia Dewi
Malam ini kupandangi Queena dengan penuh kasih. Gadis kecil yang pintar menyanyi itu, anak keduaku, tengah tidur lelap dan tampak puas melepas lelahnya karena seharian bermain.
Anganku melayang jauh. Mengingat masa-masa yang tak terlupakan tiga tahun yang lalu. Masa ketika aku mengandungnya, melahirkannya dengan suatu operasi besar di sebuah rumah sakit di Brisbane, serta menyusuinya sambil harus menyelesaikan tugas-tugas belajar untuk gelar masterku. Queena adalah nama yang sengaja kuberikan, karena putri cantik inilah yang selalu membuatku bangga atas masa-masa indah yang harus kulalui dengan penuh semangat, di Queensland Australia.
Awal tahun 2001 ketika aku lolos seleksi beasiswa dari pemerintah Australia; aku, suami dan anak pertamaku Ilham, berangkat dengan penuh harapan untuk banyak mendapat manfaat dari belajar di negeri kanguru. Setengah tahun pertama kulalui dengan cukup berat. Saat itu, ketika aku harus beradaptasi dengan pola belajar di universitas asing, aku harus pula mengerjakan tugas rumah tangga, mendampingi suami mendapatkan kerja dan mencari tempat penitipan anak untuk si sulung. Setelah Ilham yang saat itu 20 bulan diasuh penuh oleh sebuah child care di dekat kampus, dan suamiku mulai sibuk dengan pekerjaan casual-nya sebagai seorang petugas kebersihan; akupun dapat lebih berkonsentrasi belajar. Setengah tahun selanjutnya, kami sekeluarga dapat mengatasi segala kendala di lingkungan baru. Kamipun sangat bahagia menikmati kesempatan hidup di negeri orang.
Menginjak tahun kedua, aku dinyatakan hamil oleh dokter. Ya Allah, terima kasih atas kepercayaanMU ini. Kehamilan keduaku harus kujalani, disaat kami sekeluarga harus jauh dari sanak dan saudara. Kehamilan itu harus kulalui bersama setumpuk tugas kuliah dan tugas domestik di rumah. Jujur, saat itu batinku cukup gamang atas kemampuanku menjalankan semuanya dengan baik.
Hari demi hari kulalui dengan penuh semangat dan doa. Satu harapanku agar bayi yang kukandung dapat tumbuh sehat dan lahir selamat. Seluruh tugas kuliah kuupayakan segera selesai, sehingga aku punya waktu untuk beristirahat dan bermain bersama Ilham. Bangun malam hampir tiap hari kulakukan, untuk belajar dan membantu suami mencari referensi di internet; karena suamiku harus bekerja malam dan saat itu juga telah diterima di sebuah program master di universitas yang lain.
Menginjak bulan ketujuh kehamilanku, pendarahan dahsyat kualami sepulang kuliah. Aku harus dirawat di rumah sakit. Diantara kesedihan yang mendalam, detak jantung Queena-lah yang saat itu memberiku semangat untuk berjuang mempertahankannya sampai bulan kesembilan. Di sela kesibukan belajarku, pada 11 September 2002 Queena harus dilahirkan dengan operasi cesar karena aku kembali mengalami pendarahan dan posisi Queena yang terhalang plasenta. Operasi cesar yang ditangani 7 dokter ahli itu merupakan operasi besar. Aku harus merelakan rahimku untuk diangkat agar pendarahan hebat yang nyaris meminta nyawaku itu terhenti. Tangis pertama Queena membuat musim semi kala itu menjadi benar-benar penuh bunga dan syukur. Dan aku menikmatinya di ruang ICU. Sehatnya Queena menutup semua kesedihanku atas hilangnya alat reproduksi yang menjadi kebanggaanku sebagai seorang wanita. Kembali aku harus berjuang untuk menyusui Queena, menunggu sembuhnya luka operasi dan memikirkan materi tugas akhir. ASI eksklusif kuberikan padanya sambil membaca bahan ujian akhir berupa lembaran teksbook yang sudah kufotokopi. Indahnya saat-saat itu.
Bulan Desember 2002 pihak universitas menyatakan aku lulus atas program yang kuambil. Kupeluk erat Queena dalam dekapan tangan kiriku dan Ilham di tangan kananku. Foto kami bertiga pada saat aku diwisuda adalah foto favoritku sampai saat ini. Selesailah sudah sepenggal masa, dan kami harus kembali ke Indonesia.
Malam ini, masih kupandangi Queena dengan penuh kasih. Gadis kecil yang sayang pada kakaknya ini, mendekap erat guling pink kesayangannya. Queena anakku, bermimpilah yang indah malam ini. Arungi hidupmu dengan penuh semangat seperti kau menyemangati ibumu tiga tahun yang lalu. Sehatlah selalu, anakku dan tetaplah rajin minum susu Pediasure-mu. Warnailah lingkunganmu sekarang dan yang akan datang dengan semangat, kasih sayang, kepedulian dan nyanyianmu yang merdu.
No comments:
Post a Comment